Kisah 2 Mahasiswa (Arman dan Baron)

Sebagai manusia yang dilahirkan dengan segala takdir yang sudah ditetapkan tanpa kompromi, kita sudah harus belajar menerima apa yang menjadi takdir kita saat ini. Tetapi memang tidak juga menutup kemungkinan bahwa dalam hati kecil kita masih merasa belum puas dengan diri sendiri, kita masih membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain yang menurut kita lebih baik. Padahal, orang tersebut juga mungkin merasa belum puas dengan dirinya, seperti yang kita rasakan saat ini, atau justru lebih menginginkan berada di posisi kita.

Ada kisah yang menarik mengenai hal tersebut, tentang dua orang mahasiswa. Mahasiswa yang pertama, sebut saja si Arman, ia berhasil diterima di sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di daerahnya, dan menjalani kuliah reguler seperti mahasiswa pada umumnya. Mahasiswa yang kedua, sebut ia si Baron, ia tidak diterima di kampus negeri ternama, dan terpaksa mesti mendaftar di kampus swasta yang kualitasnya standar-standar saja. Lalu, apakah si Arman merasa lebih baik daripada si Baron? Dan si Baron merasa lebih rendah dari si Arman? Jawabannya belum tentu demikian.

Karena menjalani aktivitas kuliah yang padat dari pagi hingga petang (perkuliahan terlalu kaku), ikut kelompok/organisasi, ikut pertemuan-pertemuan, dsb., membuat si Arman lebih banyak menghabiskan waktu di dunia perkuliahannya. Sedangkan si Baron, ia memilih kuliah non-reguler (perkuliahan lebih fleksibel) dan lebih berminat menjalani aktivitas sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Keduanya tentu memiliki nilai plus-minus.

Sisi baiknya, si Arman bisa lebih fokus kuliah sehingga IPKnya pasti lebih bagus, sedangkan si Baron mampu membiayai dirinya sendiri untuk kuliah, uang saku, maupun untuk hiburan. Sisi buruknya, si Arman cenderung membebankan semua masalah finansial kepada keluarganya, tetapi beberapa kali ia mungkin dapat beasiswa, dan yang paling sering ia kebingungan jika sedang memiliki aktivitas yang membutuhkan pembiayaan mendadak. Si Baron, karena lebih banyak bekerja, ia pasti lebih banyak menghabiskan energi, sehingga saat berkuliah ia sering mengantuk, akhirnya tidak terlalu fokus kuliahnya, sehingga IPKnya kebanyakan lebih rendah dari mahasiswa reguler. Jika disimpulkan, si Arman lebih kaya dengan teori dan keilmuan, sedangkan si Baron lebih kaya dengan pengalaman/ praktik di lapangan.

Jika kita coba bandingkan psikis mereka, si Arman cenderung iri terhadap si Baron yang hanya kuliah di kampus swasta standar, tetapi mandiri secara finansial; membiaya sendiri kuliahnya, bahkan bisa membantu keluarganya, memberi uang jajan pada adik-adiknya, membayar cicilan kendaraan, mentraktir makan teman-temannya, selalu bisa liburan ke tempat-tempat menarik di setiap akhir pekan, dan lebih tahu banyak tentang kondisi kerja di dunia nyata. Di sisi lain, si Baron, yang menjalani 2 aktivitas berat dalam waktu bersamaan tidak selalu berarti menyenangkan. Ketika sedang error, tak jarang ia merasa hidupnya terlalu keras, uang yang dihasilkan tak sebanding dengan energi dan waktu yang ia habiskan, belum lagi setelah bekerja ia harus kuliah dan mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga traveling akhir pekan hanyalah pelampiasan dari kelelahannya, dimana setelah itu justru ia merasa semakin tersiksa, dan cenderung membenci hari Senin, sehingga tak jarang si Baron juga lebih ingin berada di posisi si Arman.

Tetapi keduanya masih lebih baik daripada si Charlie yang hanya sibuk bekerja dan belum punya kesempatan untuk kuliah. Dan Charlie lebih baik daripada si Devon, yang saat ini masih belum memiliki pekerjaan dan juga masih belum bisa berkuliah.


Jadi, kita lebih baik jadi siapa?


Karena takdir tidak bisa dikompromikan, maka yang terbaik adalah menjadi diri sendiri. Apapun dan bagaimanapun kondisi kita saat ini harus selalu disyukuri dan dijalani dengan sepenuh hati, dengan begitu niscaya Tuhan akan memberkati :)

Selamat pagi, jangan lupa sarapan biar kepala tidak pusing.

Selamat beraktivitas dan semoga bahagia selalu :)


Bogor, 2 Maret 2017.



________________________
Image Credit : dixpourcent



No comments:

Post a Comment

Thanks for your coming, say something here :)

Powered by Blogger.