Akankah dia juga merasa?

Img Source : Webmd.com

Hari ini aku sedang duduk di sebuah kursi tua,
Di depan sebuah villa  yang menghadap ke pantai luas nan mempesona,

Begitu cerah cuaca di sana,

Mentari tak sungkan menyinariku di senja usia,
Gemuruh ombak mengingatkanku pada suatu kenangan lama.

Andai saja...,

Ah, lagi-lagi memori itu muncul.

Andai saja dulu aku lebih berani,
Andai saja dulu aku lebih percaya diri,
Masa tuaku takkan penuh sangsi.

Sok tahu!
Ya, dulu kau begitu.
Menerka segala sendiri, kau pikir kau siapa?
Kau pikir kau tahu dia seutuhnya?

Takut, dulu aku takut.
Berpura-pura membuatku lebih tenang,
Setidaknya aku takkan kehilangan.

Tapi, aku tak tahu bakal lama begini.
Empat puluh lima tahun memendam hasrat ini.
Siapa bakal kuat?

Empat puluh lima tahun yang lalu, ia masih lugu.
Aku ingat bibirnya yang merah bergincu,
Wajahnya yang ayu,
Senyumannya yang sungguh merayu.

Tapi bukan itu yang kumau,
Tingkahnyalah yang membuatku terpaku.
Akankah bidadari khayangan juga selembut itu?

Semakin aku terayu, semakin aku ragu.

Akankah dia juga merasa, atau hanya iba?
Dan aku tak pernah bertanya.