Saya sebetulnya orang yang tidak suka memelihara binatang. Termasuk abang dan adik saya juga tidak suka. Saat SD dahulu, sedang musimnya pelihara ikan lohan yang kepalanya jenong, terus ada warna yang membentuk seperti tulisan di badannya. Iya, itu sukanya karena ikut-ikutan trend. Dan beberapa bulan kemudian, akhirnya ikannya mati, karena tidak diberi makan. Maafin ya han.
Kali ini saya mau cerita tentang kucing. Bukan saya yang pelihara, tapi adik perempuan kecil dan ayah saya.
Awalnya adik saya pelihara kucing kampung biasa, tapi bagus, nurut, dan sering tidur siang bersama. Kemudian mati juga, entah karena apa. Namanya Marchell. Adik saya, Rosma, seminggu menangis mengenang kucing kesayangannya tutup usia. Cupcupcupp....
Beberapa bulan kemudian, Ayah saya membawa kucing pemberian Om, katanya keturunan kucing bagus, kucing kota, entah apa jenisnya, saya gak peduli. Kemudian diberinama De Pooh (versi kucing, bukan beruang, wkwk).
![]() |
De Puh lagi bobo ciang |
Kucingnya memang lebih rapi, bulunya bagus, dan ternyata selera makannya kekota-kotaan, gak suka ikan asin, sukanya tempe, tahu, biskuit, kalau daging mah jangan ditanya.
Karena sudah cukup lama dan lebih penurut, akhirnya kami sekeluarga mulai menerima kehadiran kucing itu sebagai anggota baru rumah ini, tapi sayang namanya gak bisa dimasukin ke KK.
Saya juga mulai senang memberinya makan. Dan dia biasanya pup di luar rumah, jarang di dalam. Itu yang bikin saya mulai suka. Tapi tak lama, hadir kucing baru di rumah ini, kucing kampung yang diberinama Yura. De Pooh seringkali cemburu kalau kami memberi makan kucing lain, akhirnya ia suka pergi main dan jarang pulang. Huhu.
De Pooh adalah kenangan hidup dari Ayah yang telah wafat. Kami semua sangat menyayanginya.
***
Saya sering merasa heran, mengapa saat saya makan di tempat manapun, kalau ada kucing, entah kenapa selalu hanya saya yang didatangi. Padahal sudah saya pindahkan ke tempat orang lain, wkwk. Dia balik lagi ke saya. Apa kucing itu tahu ya, kalau saya di rumah pelihara kucing? Jangan-jangan kucing bisa menciumnya. Ini sudah saya buktikan berkali-kali, dan betul-betul terbukti.
Dan satu hal yang saya sukai dari kepribadian kucing adalah mereka tidak pernah mudah tersinggung dan tidak pernah mudah menyerah. Meski sudah disiram, dimaki, disleding, lalu kabur sejenak, dan beberapa menit kemudian balik lagi. Gitu terus. Sampai akhirnya kita luluh, dan mau memberinya makanan. Salut deh.
Bandingin sama diri kita, baru digertak sedikit aja udah baper, baru diketusin aja udah langsung resign. Wkwkw
To be continued....
Ucing yang baik
ReplyDeleteWkwkw ka jhun ya ini?
Delete